m3

m3
juSt m3

Selasa, 23 Maret 2010

Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Intensif

Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis.
Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral, interpretatif, kritis, dan evaluatif.
Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca kompres-hensif merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh. 
Kemampuan membaca intensif mencakup
1) kemampuan pemahaman literal, 
2) pemahaman inferensial, 
3) pemahaman kritis, dan
4) pemahaman kreatif.

Karakteristik membaca intensif mencakup:
  1) membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama,
2) membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 
3) cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 
4) membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 
5) tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana, 
6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 
7) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 
8) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)
Teknik-teknik membaca intensif dapat berupa SQ3R, OPQRST, dan KWLU. Teknik tersebut melatih dan membekali pembaca dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Teknik-teknik membaca intensif ini didasari oleh teori skemata. Teori skemata ini mencetuskan gagasan bahwa inti dari pemahaman dimainkan oleh suatu struktur kognitif yang disebut skemata.

Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Skimming

Teknik membaca skimming salah satu teknik membaca cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks untuk menentukan ide-ide penting dari teks. Awal skimming dapat menggunakan tanda-tanda organisasional yang digunakan penulis seperti subjudul, ringkasan, penggunaan tanda tertentu yang menunjukkan pentingnya suatu informasi (tanda italic, garis bawah, cetak tebal, dan sebagainya).
Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari.
Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku.
Seseorang melakukan skimming untuk:
1) mengenali topik bacaan atau memilih bacaan, 
2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 
3) mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 
4) melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 
5) mensurvei buku yang akan dibaca. 

Skimming dilakukan dengan cara:
1) memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari suatu buku),
2) membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi), 
3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama, 
4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan, 
5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya.

Membaca Sebagai Proses

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan.
Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.
Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.
 Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.

MemBaca CepaT

Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat

Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca, itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain: 1) banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat, 2) membaca memperluas wawasan, 3) membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain, 4) membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes, dan 5) membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks yang dibaca. Ada beberapa langkah yang dapat dipraktikkan untuk mengukur kecepatan membaca seseorang. Dan ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.

MEMBACA NYARING

Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring (Membaca Teks untuk Orang Lain)

Membaca nyaring adalah kegiatan membacakan teks untuk orang lain. Kompetensi membaca nyaring dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, antara lain sebagai berikut: membacakan beragam teks berita; membacakan beragam teks laporan; membacakan beragam teks percakapan; membacakan beragam teks pengumuman; dan membacakan beragam teks perangkat upacara.
Kompetensi membaca nyaring adalah salah satu kecakapan hidup yang diperlukan sebagai bekal siswa untuk dapat bersaing di dunia kerja dan juga berguna dalam kehidupan siswa. Kompetensi membaca nyaring ini perlu dikuasai oleh semua mahasiswa calon guru (Bahasa dan Sastra Indonesia. Kompetensi yang andal dalam melaksanakan kegiatan membaca nyaring adalah salah satu prasyarat menjadi guru yang profesional, guru masa depan yang dapat melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery learning) dan membelajarkan siswa agar dapat menguasai kompetensi secara tuntas pula (Depdiknas, 2003).
Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan.

PERBEDAAN KURIKULUM 1994 DENGAN KTSP

  Ø KURIKULUM 1994
o   Kurikulum 1994 menggunakan azas kebermaknaan
o   Berorientasi pada materi
o   Posisi sentral di pegang oleh birokrasi yang menentukan hitam putihnya out put sekolah
o   Sedangkan guru dan sekolah hanya melaksanakan saja
o   Silabus di tentukan oleh pihak Departemen Pendidikan Nasional
o   Guru merupakan fokus dan aktifitas belajar mengajar
o   Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan
o   Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat ( berorientasi kepada materi pelajaran / isi )
o   Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan system kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga derah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri di sesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
o   Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
o   Pengulangan – pengulangan materi yang di anggap sulit perlu di lakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
o   Beban belajar siswa terlalu berat  karena banyknya mata pelajaran dan banyaknya materi / substansi setiap mata pelajaran.
o   Siswa tidak lagi menjadi objek pengajaran namun berperan aktif dalam PBM
o   Berisi 3 lampiran
a)    Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum
b)    GBPP
c)     Pedoman Pelaksanaan Kurikulum


  
Ø KTSP
              o   Merupakan Nasional Kurikulum
o   Menekankan kepada ketercapaian kompetensisiswa baik secara individual maupun klasikan.
o   Berorientasi pada hasil belajar ( learning outcomes ) dan keberagaman
o   Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
o   Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
o   Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau penguasaan suatu kompetensi
o   Model Pendidikan di susun sendiri berdasarkan kondisi sekolah
o   Penyusunan memperhatikan SKL, Standar Isi, dan Peraturan Pelaksanaannya
o   Di kembangkan sesuai dengan kondisi sekolah, potensi / Karakteristik Daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik
o   Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tersusunnya KTSP
o   Wakil Kepala bidang Kurikulum bertanggung jawab atas pelaksanaan penyusunan KTSP
o   Setiap Guru bertanggung jawab menyusun silabus setiap mata pelajaran yang di ampunya sesuai dengan standar isi, standar kompetensi, lulusan dan panduan penyusunan KTSP
o   Kurikulum di kembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
o   Dalam penyusunan silabus, guru dapat bekerja sama dengan Kelompok Kerja Guru ( KKG ), Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ( LPMP ), atau Perguruan Tinggi.
o   Penyusunan KTSP tingkst SD dan SMP di koordinasi, di supervise, dan di fasilitasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota, sedangkan SDLB, SMPLB, SMALB, SMA dan SMK oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang bertanggung jawab
o   Khusus penyususnan KTSP Pendidikan Agama Islam tingkat SD dan SMP di coordinasi, di superrvisi dan di fasilitasi oleh Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota, sedangkan untuk SDLB, SMPLB, SMALB, SMA dan SMK oleh Kantor Wilayah Departemen Agama
o   Penyusunan tingkat MI dan MTs oleh kantor Departemen Agama Kabupaten / Kota, sedagkan MA dan MAK oleh kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi
o   Konsep dasar KTSP
a)    Kegiatan Pembelajaran, karakteristiknya :
o   Berpusat pada peserta didik
o   Mengembangkan kreatifitas
o   Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang
o   Kontekstual
o   Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
o   Belajar melalui berbuat
b)    Penilaian, karakteristiknya :
o   Dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang di tetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar
o   Berorientasi pada kompetensi mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, di lakukan melalui berbagai cara, yaitu :
a)    Portofolio (Kumpulan tugas siswa)
b)    Products ( Hasil Karya )
c)     Projects ( Penguasaan )
d)    Performances ( Unjuk Kerja )
e)    Paper & Pen test ( Tes Tulis )
c)     Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah, karakteristiknya :
a)    Mengacu pada visi dan misi sekolah
b)    Pengembangan perangkat kurikulum
c)     Pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar
d)    Pemantauan
o   Sisitem Pendidikan Nasional  :
a.     Standar Isi
b.     Standar Proses
c.      Standar Kompetensi
d.     Standar Tenaga Kependidikan
e.     Standar Sarana dan Prasarana
f.       Standar PEngelolaan
g.     Standar Biaya, dan
h.     Standar Penilaian Pendidikan
o   Dua dari kedelapan standar nasioanl pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI), dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam menyusun dan mengembangkan kurikulum untuk satuan pendidikannya
o   Acuan Operasional Penyusunan KTSP
1.     Peningkatan Iman dan Taqwa serta akhlak mulia
2.     Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
3.     Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
4.     Tuntutan pembangunan daerah dan Nasional
5.     Tuntutan Dunia Kerja
6.     Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
7.     Agama
8.     Dinamika Perkembangan Global
9.     Persatuan Nasioanal dan Nilai – nilai Kebangsaan
10.     Kondisi Sosial Budaya Masyarakat setempat
11.     Kesetaraan Gender
12.     Karakteristik Satuan Pendidikan
o   Dokumen I KTSP. Di susun oleh tim handal yang di bentuk oleh sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan ( kepala sekolah, guru, tenaga admin, pengawas sekolah, komite sekolah, dan orang tua siswa). terdiri atas 4 bab :
1.     Bab I pendahuluan, meliputi subbab (A) latar belakang, (B) Tujuan, (C) Prinsip Pengembangan KTSP
2.     Bab II tujuan, meliputi subbab (A) Visi, (B) Misi, (C) Tujuan Sekolah
3.     Bab III struktur dan muatan kurikulum, meliputi (A) Mapel, (B) Mulok, (C)Kegiatan Pengembangan Diri, (D) Pengaturan Beban Belajar, (E) Ketuntasan Belajara, (F) Kenaikan Kelas dan kelulusan, (G) Pendidikan Kecakapan Hidup, dan (H) Pendidikan Berbasisi Keunggulan Lokal dan Global.
KeT :
Mulok merupakan mapel yang di kembangkan untuk mengakomodasi kepentingan daerah / satuan pendidikan.
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan yang mewadahi bakat dan minat peserta didik. Tujuan : mengembangkan potensi peserta didik, terutama pada perubahan perilaku sesuaidengantarget yang di canangkan oleh satuan pendidikan.
Pendidikan kecakapan hidup adalahpendidikan kecakapan yang diperlukan agar seseorang mampu dan berani menghadapi problema kehidupan. Kecakapan hidup yang perlu di kembangkan : kecakapan social, personal, dan akademik. Kecakapan vokasional terakomodasi dalam mapel mulok.
4.     Bab IV kalender pendidikan, berisi rancangan kalender sekolah yang mengacu pada kalender dinas pendidikan terkaitbdan pedoman penyusunan kalender

o   Dokumen II KTSp, merupakan penjabaran secara operasional dari dokumen pertama,
      terdiri atas : a) Silabus
                              b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Ket : Dokumen II di susun oleh guru kelas dan guru mapel, atau kelompok kerja guru kelas (guru mapel) dalam kegiatan oragnisasi profesi seperti kelompok kerja guru (untuk guru SD), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau bahkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Silabus di susun oleh guru yang mengajarkan mapel, proses penyusunan silabus dapat saja di susun bersama oleh satu tim guru mapel, dalam 1 kegiatan guru, missal dalam kegiatan MGMP
Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetemsi yang mengacu pada pencapaian standar kelulusan.

POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF

 1. Pengembangan Umum-Khusus 

Paragraf yang dimulai dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas

Contoh:
Pada waktu menulis surat kita harus tenang. Kalau sedang sedih, bingung, kesal, atau marah kita jangan menulis surat. Kesedihan, kebingungan, kekesalan, dan kemarahan itu akan tergambar dalam surat kita. Mungkin akan tertulis kata-kata yang kurang terpikir, terburu nafsu, dan dapat merusak suasana.

2. Pengembangan Khusus-Umum

Paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas kemudian diikuti oleh pikiran pokok atau kesimpulan.

Contoh:
 Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan bermacam-macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan bahasa pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan semua pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Memang bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

ANIMASI

Animasi, atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Dengan bantuan komputer dan grafika komputer, pembuatan film animasi menjadi sangat mudah dan cepat

Sejarah Animasi

Posted on Februari 12, 2008. Filed under: Tekno |
Animasi adalah film yang berasal dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Bentuk animasi tertua diperkirakan  wayang kulit. Karena wayang memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik.
Animasi mulai berkembang sekitar abad ke-18 di Amerika. Pada saat itu teknik  stop motion animation banyak disenangi. Teknik ini menggunakan serangkaian gambar diam/frame yang dirangkai menjadi satu dan menimbulkan kesan seolah-olah gambar tersebut bergerak. Teknik ini sangat sulit, membutuhkan waktu, juga biaya yang banyak. Karenauntuk menciptakan animasi selama satu dektik, kita membutuhkan sebanyak 12-24 frame gambar diam. Bayangkan jika film animasi  itu berdurasi satu jam bahkan lebih.
J. Stuart Blackton mungkin adalah orang Amerika pertama yang menjadi pionir dalam menggunakan teknik stop motion animation. Beberapa film yang telah diciptakannya dengan menggunakan teknik ini adalah  The Enchanted Drawing (1900) dan Humorous Phases of Funny Faces (1906).
Selanjutnya, setelah teknologi komputer berkembang, bermunculan  animasi yang dibuat dengan teknologi komputer. Animasi itu macam-macam jenisnya. Ada yang  2 dimensi (2D) dan 3 dimensi (3D). Pada animasi 2D, figur animasi dibuat dan diedit di komputer dengan menggunakan 2D bitmap graphics atau 2D vector graphics. Sedangkan 3D lebih kompleks lagi karena menambahkan berbagai efek di dalamnya seperti efek percahayaan, air dan api, dan sebagainya.
Tokoh yang dianggap berjasa besar mengembangkan film animasi adalah Walt Disney. Walt Disney banyak menghasilkan karya fenomenali Mickey Mouse, Donald Duck, Pinokio, Putri Salju, dan lainnya. Walt Disney pulalah yang pertama membuat film animasi bersuara.  Yakni,  film Mickey Mouse yang diputar perdana di Steamboat Willie di Colony Theatre, New York pada 18 November 1928. Walt Disney juga menciptakan animasi berwarna pertama yakni, Flower and Trees yang diproduksi Silly Symphonies di tahun 1932.
Film animasi merambah pula ke negara-negara Asia. Jepang misalnya juga telah mengambangkan film animasi sejak tahun 1913 dimana pada waktu itu dilakukan First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Selanjutnya, animasi di Jepang mengikuti pula perkembangan animasi di Amerika Serikat seperti dalam hal penambahan suara dan warna. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua negara ini banyak bersaing dalam pembuatan animasi. Amerika dikenal dengan animasinya yang menggunakan teknologi yang canggih dan kadang simpel. Sedangkan animasi Jepang mempunyai jalan cerita yang menarik.